Setiap tanggal 8 Maret, dunia memperingati Hari Perempuan Sedunia (International Women’s Day), sebuah momen penting untuk mengangkat kesadaran global mengenai hak-hak perempuan, kesetaraan gender, dan perjuangan melawan diskriminasi serta kekerasan terhadap perempuan. Pada peringatan slot depo 5k tahun ini, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali menyerukan aksi konkret untuk membela hak-hak perempuan di seluruh dunia. Seruan ini datang di tengah berbagai tantangan dan hambatan yang masih dihadapi perempuan, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, maupun budaya.
Pesan Kuat Sekjen PBB
Sekjen PBB dalam pidatonya menegaskan bahwa meskipun telah terjadi kemajuan signifikan dalam upaya pemberdayaan perempuan selama beberapa dekade terakhir, kesetaraan sejati masih jauh dari kenyataan. Ia mengingatkan bahwa diskriminasi berbasis gender masih merajalela di berbagai negara dan lapisan masyarakat.
Dalam pesan tersebut, Sekjen PBB juga menyoroti pentingnya solidaritas global. Ia mengajak seluruh negara anggota PBB, lembaga internasional, organisasi masyarakat sipil, serta sektor swasta untuk bersatu padu memperkuat kebijakan dan program yang mendukung hak perempuan. “Hari Perempuan Sedunia bukan hanya untuk merayakan pencapaian, tetapi juga untuk memperbaharui komitmen kita dalam menghapus diskriminasi dan membangun dunia yang inklusif dan adil bagi semua,” ujarnya.
Tantangan yang Masih Menghadang Perempuan
Meskipun banyak kemajuan, perempuan di seluruh dunia masih menghadapi tantangan besar yang berakar pada norma sosial patriarkal dan struktur kekuasaan yang timpang. Di banyak negara berkembang, perempuan sering kali terbatas aksesnya pada pendidikan, layanan kesehatan, dan peluang ekonomi. Dalam konteks pekerjaan, perempuan masih mengalami kesenjangan upah yang signifikan dibandingkan dengan laki-laki, serta kurangnya kesempatan untuk naik ke posisi kepemimpinan.
Selain itu, kekerasan berbasis gender, termasuk kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, dan eksploitasi, masih menjadi momok yang mengancam keselamatan dan kebebasan perempuan. Pandemi COVID-19 bahkan memperburuk situasi ini, dengan meningkatnya laporan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan akibat tekanan sosial dan ekonomi yang memburuk.
Upaya PBB dan Dunia Internasional
Sebagai lembaga internasional utama yang memperjuangkan perdamaian dan keadilan, PBB telah menjadikan kesetaraan gender sebagai salah satu agenda utama.
PBB juga terus memfasilitasi dialog dan kerjasama antarnegara untuk mengatasi akar masalah ketidaksetaraan gender. Di samping itu, kampanye global seperti “HeForShe” yang mengajak laki-laki dan anak laki-laki untuk ikut berperan aktif dalam memperjuangkan kesetaraan, menjadi salah satu contoh strategi inovatif yang menggerakkan perubahan sosial.
Peran Penting Pendidikan dan Ekonomi
Sekjen PBB juga menekankan pentingnya pendidikan dan pemberdayaan ekonomi sebagai kunci utama memperkuat posisi perempuan.
Penguatan perempuan dalam bidang ekonomi juga berdampak positif pada pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan suatu negara. Studi menunjukkan bahwa semakin banyak perempuan yang bekerja dan memiliki akses ke sumber daya, semakin baik kondisi sosial dan ekonomi masyarakat secara keseluruhan.
Mendorong Perubahan Sosial dan Budaya
Selain aspek struktural dan kebijakan, perubahan sikap sosial dan budaya sangat krusial dalam menghapus diskriminasi gender. Perubahan mindset ini akan menciptakan lingkungan yang lebih ramah dan menghargai perempuan.
Seruan Aksi dan Harapan ke Depan
Dalam seruannya, Sekjen PBB mengajak semua pihak untuk bergerak dari sekadar kata-kata dan janji menuju tindakan nyata. Aksi yang nyata dan terukur harus dilakukan oleh pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, serta komunitas global. Hari Perempuan Sedunia 2025 menjadi momentum penting untuk mengingatkan kita bahwa perjuangan demi hak perempuan adalah perjuangan seluruh umat manusia.