Ketika Hari Kurban Tiba, Raja Ampat Justru Jadi Tumbal Kepentingan Tambang

By admin #Raja Ampat

Saat jutaan umat Muslim memperingati Hari Raya Kurban sebagai simbol keikhlasan dan pengorbanan, alam Indonesia justru menyaksikan ironi. Di ujung timur negeri, Raja Ampat—surga biodiversitas laut dunia—harus menanggung beban baru: aktivitas tambang nikel yang mengancam kelestarian alam dan hak hidup masyarakat adat.

Pemerintah memang menghentikan sementara kegiatan tambang nikel di kawasan tersebut. Namun, langkah itu belum cukup. Para pengamat lingkungan dan aktivis menilai, penghentian sementara hanya sekadar meredam kritik, bukan solusi jangka panjang. Mereka mendesak pemerintah menghentikan tambang secara permanen medusa 88 demi menjaga kekayaan ekologis yang tak tergantikan.

Warga lokal telah menyuarakan penolakan. Mereka menyadari, tanah yang mereka jaga turun-temurun kini diincar kepentingan industri. Air sungai mulai keruh, lahan adat terancam rusak, dan ketenangan hidup mereka diganggu mesin-mesin tambang. Namun, suara rakyat kecil sering kali tenggelam di antara bisikan investor dan kekuasaan.

Raja Ampat bukan sekadar destinasi wisata. Kawasan ini menyimpan ribuan spesies laut unik, terumbu karang yang sehat, dan hutan tropis yang menyokong kehidupan. Dunia internasional memuji kekayaan hayatinya, tetapi ironisnya, bangsa sendiri justru mempertaruhkan warisan tersebut demi tambang yang menyisakan luka ekologis.

Ketika hari kurban seharusnya menjadi momen refleksi dan kesadaran akan nilai pengorbanan, alam kita justru menjadi korban. Pemerintah, masyarakat, dan generasi muda perlu bersatu menjaga Raja Ampat. Jangan biarkan satu-satunya surga bawah laut Indonesia menjadi tumbal kepentingan sesaat. Kita bisa membangun tanpa menghancurkan. Kita bisa tumbuh tanpa mengorbankan bumi.

By admin