Perubahan iklim kini bukan lagi isu TRISULA88 masa depan, melainkan kenyataan yang sudah dirasakan dampaknya di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Sebagai negara kepulauan terbesar dengan lebih dari 17.000 pulau dan garis pantai sepanjang 99.000 km, Indonesia berada di garis depan risiko perubahan iklim. Banjir, kekeringan, kebakaran hutan, naiknya permukaan laut, dan cuaca ekstrem menjadi ancaman nyata bagi keberlangsungan hidup dan pembangunan nasional. Lantas, bagaimana Indonesia bersiap menghadapi tantangan besar ini?
Dampak Perubahan Iklim di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Naiknya permukaan laut mengancam kota-kota pesisir seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Beberapa wilayah di pesisir utara Jawa bahkan telah mengalami abrasi yang menyebabkan hilangnya permukiman warga. Di sisi lain, pola curah hujan yang tidak menentu menyebabkan kekeringan panjang di beberapa daerah, yang berdampak pada sektor pertanian dan ketersediaan air bersih.
Selain itu, frekuensi dan intensitas kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatra meningkat akibat suhu yang lebih panas dan musim kemarau yang berkepanjangan. Kabut asap yang dihasilkan tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga berdampak buruk terhadap kesehatan jutaan orang.
Komitmen dan Strategi Nasional
Pemerintah Indonesia menyadari urgensi perubahan iklim dan telah mengambil berbagai langkah strategis untuk menghadapinya. Salah satu bentuk komitmen tersebut adalah melalui dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (NDC) yang disampaikan ke Sekretariat UNFCCC. Dalam NDC ini, Indonesia menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 31,89% secara mandiri, dan hingga 43,2% dengan bantuan internasional pada tahun 2030.
Untuk mencapai target ini, Indonesia telah merancang berbagai kebijakan seperti:
- Transisi Energi Terbarukan
Indonesia mulai mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengembangkan energi bersih seperti tenaga surya, air, angin, dan bioenergi. Proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung di Waduk Cirata adalah salah satu langkah penting menuju transisi energi hijau. - Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melanjutkan program restorasi gambut, penghijauan kembali hutan, dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melalui sistem deteksi dini. - Ketahanan Pangan dan Air
Dalam menghadapi kekeringan dan perubahan musim tanam, Kementerian Pertanian dan Kementerian PUPR bekerja sama membangun infrastruktur irigasi, embung, serta mengembangkan varietas tanaman tahan cuaca ekstrem. - Pembangunan Rendah Karbon
Melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Indonesia mengintegrasikan pendekatan pembangunan rendah karbon agar pertumbuhan ekonomi tetap berjalan seiring dengan perlindungan lingkungan.
Peran Masyarakat dan Sektor Swasta
Perubahan iklim bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Partisipasi masyarakat dan sektor swasta menjadi kunci keberhasilan upaya mitigasi dan adaptasi. Masyarakat dapat berperan melalui gaya hidup ramah lingkungan seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menghemat energi, dan menanam pohon. Lembaga pendidikan juga mulai memasukkan materi perubahan iklim dalam kurikulum untuk meningkatkan kesadaran generasi muda.
Sementara itu, sektor swasta didorong untuk menerapkan prinsip bisnis berkelanjutan. Banyak perusahaan kini mulai menghitung jejak karbonnya dan melaporkan keberlanjutan lingkungan dalam laporan tahunan. Investasi hijau dan pembiayaan iklim juga mulai berkembang, baik melalui obligasi hijau (green bonds) maupun kerja sama internasional.
Tantangan yang Masih Dihadapi
Meskipun berbagai inisiatif telah dilakukan, Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan dalam penanganan perubahan iklim. Koordinasi antarinstansi, pendanaan yang terbatas, lemahnya penegakan hukum lingkungan, dan masih rendahnya kesadaran publik menjadi hambatan yang harus diatasi. Selain itu, transisi energi terbarukan membutuhkan investasi besar dan dukungan teknologi yang belum sepenuhnya tersedia.
Adaptasi terhadap perubahan iklim juga memerlukan data yang akurat dan sistem peringatan dini yang efektif. Infrastruktur dan pemukiman di wilayah rawan bencana perlu didesain ulang agar lebih tahan terhadap cuaca ekstrem dan bencana alam.
Harapan ke Depan
Perubahan iklim adalah tantangan lintas generasi yang memerlukan kolaborasi dari semua pihak. Ke depan, Indonesia diharapkan dapat memperkuat ketahanan iklim melalui sinergi kebijakan, teknologi, edukasi, dan partisipasi publik. Kerja sama internasional juga sangat penting, baik dalam bentuk pendanaan, transfer teknologi, maupun pertukaran pengetahuan.
Dengan langkah yang tepat dan konsisten, Indonesia tidak hanya mampu mengurangi risiko akibat perubahan iklim, tetapi juga dapat menjadi contoh bagi negara lain dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan tangguh terhadap krisis iklim.